Senin, 15 Februari 2016

Moonraker Syariah, Kisah Hijrah Anak Motor

moonraker-syariah
Moonraker Syariah
BANDUNG, (PRLM).- Dedy Jumena (36) tidak langsung meladeni permintaan wawancara PRLM dengan salah seorang pentolan Moonraker. “Ini sudah mau azan Zuhur, ngobrolnya setelah salat aja gimana?” kata pria yang akrab dipanggil Ebeth ini, Senin (15/2/2016).

Satu jam berselang, ia menepati janjinya. Di sebuah kedai bakso di Jalan Ternate, Kota Bandung, ia bercerita tentang hijrah dan terbentuknya Moonraker Syariah.

moonraker-syariah

Setelah bersalaman, Ebeth memperkenalkan tiga kawannya yang sedang makan siang bersama. Mereka ini aktivis Moonraker Syariah. Meski berlabel syariah, jangan bayangkan penampilan mereka dengan gamis atau sarung, juga kopiah yang selalu terpasang di kepala. Gayanya masih khas anak muda. Seperti anak muda lainnya, mereka masih senang mengenakan jeans dan kaos oblong. “Tetap funky, tapi syar’i,” ujarnya.

Moonraker sempat dikenal sebagai salah geng motor terbesar di Jawa Barat, barangkali juga di Indonesia. Berbagai kasus kriminal yang melibatkan geng motor, membuat kelompok ini dilabeli berandal bermotor. “Anggapan negatif masyarakat tidak bisa dielakkan, walapun di dalamnya tidak sebegitunya juga. Buktinya, Moonraker ini bisa bertahan 30 tahun itu juga karena ada sisi positifnya juga,” katanya.
"Dulu semboyannya Speed Maniac, sekarang Speed to Taqwa"
Sejak berdiri pada 1978, kelompok ini asyik dengan kegiatan yang berkaitan dengan motor. Salah satunya, adu kecepatan di jalan. Sampai jumlah anggotanya membesar dan menyebar ke seantero Indonesia, kelompok ini tidak pernah menyentuh urusan rohani. Meninggalkan salat, mabuk, juga ugal-ugalan di jalan itu salah satu perilaku anggota yang dulu kerap dijumpai. “Urusan rohani itu dulu dianggapnya urusan sendiri-sendirilah,” kata Wandi Rukmawan (45) yang bergabung dengan Moonraker di tahun awal pendiriannya.

Sejak enam bulan lalu, urusan rohani ini justru jadi bahan perbincangan rutin di kalangan Moonraker. Ebeth bersama beberapa kawannya mempelopori berdirinya Moonraker Syariah. Seminggu sekali mereka mengadakan pengajian di Masjid Ar-Rahman, Terminal Dago. Selepas Isya mereka berkumpul di sana mendengarkan siraman rohani dari ustaz.

Pengajian pertama hanya dihadiri 16 orang. Kini pesertanya bias mencapai 60 orang. “Dibandingkan anggota Moonraker di Bandung saja, jumlah itu sangat kecil. Tapi ini kan niat baik untuk menuju takwa. Dulu semboyannya Speed Maniac, sekarang Speed to Taqwa. Kalau dulu balapnya di jalan, sekarang berlomba-lomba menuju takwa,” ujar Ebeth. (Catur Ratna Wulandari)

Sumber: www.pikiran-rakyat.com

Ikuti Lewat Email

Hai bro, dapatkan artikel terbaru dengan berlangganan melalui email

BACA JUGA

0 Komentar "Moonraker Syariah, Kisah Hijrah Anak Motor"

Silahkan berikan komentar/pertanyaan anda. Komentar yang berisi link tidak akan ditampilkan.Terimakasih.