Tampilkan postingan dengan label Articles. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Articles. Tampilkan semua postingan

31/07/2010

Geng Motor ”Membakar” Jalanan Kota Bandung


Moonraker
Media Cetak MotorPlus Membahas Tentang Klub Moonraker

BRIGEZ, XTC, Moonraker (M2R), dan GBR. Sebagian besar warga Bandung langsung mengenalnya sebagai geng motor. Nama-nama itu tersebar dalam bentuk coretan cat semprot di tempat-tempat umum seperti dinding, jembatan, hingga rolling door. Ada juga yang mengenalnya dari berita-berita kriminal, baik di koran, TV, atau dari mulut ke mulut. Keempat nama itu merupakan bagian dari sejumlah klub atau geng motor yang masih eksis di Kota Bandung.

Belakangan, dua geng yang namanya masih mencuat ialah Brigez dan XTC. “Perang” geng antarkeduanya kerap terjadi. Terkadang meminta korban luka hingga korban jiwa. Kasus terakhir, tewasnya Sandy Kurnia alias Tile saat terjadi ”perang” geng motor Brigez dan XTC di Jln. Saturnus Raya, Bandung, Sabtu, 11 Agustus 2007 lalu.

Mencari tahu penyebab “perang” antargeng motor, gampang-gampang susah. Ada beberapa versi pemicu awal “perang” antargeng. Dari wawancara ”PR” dengan sejumlah pentolan geng motor, semua mengerucut pada satu peristiwa antara tahun 1989 atau 1990 (sumber ”PR” lupa tahun persisnya).

Dipicu oleh pertengkaran antara Erdin (Ketua GBR saat itu) dengan Abuy (XTC), yang berujung pada perkelahian di kawasan Dago. Usai perkelahian, Abuy membawa kabur motor Yamaha RX King milik Erdin. ”Dulu, perkelahian memang antarpribadi, satu lawan satu,” ucap D’Cenk, pentolan XTC tahun 1980-an yang kini menjadi pengajar.

Keduanya lalu didamaikan anak-anak XTC lainnya. Motor milik Erdin dikembalikan, tetapi tanpa lampu depan. Saat diminta, Abuy tidak mau mengembalikannya. ”Dari sana terpatri di benak anak-anak GBR bahwa XTC musuh GBR,” tutur D’Cenk yang tidak mau ditulis nama aslinya.

Pada pertengahan tahun yang sama, suatu malam, anak-anak XTC bertemu dengan GBR di Jln. Supratman Bandung. Versi D’Cenk, GBR sepertinya telah menyiapkan peralatan “perang” di antaranya batu, samurai, kapak, balok dan lain-lain. ”Kita tidak siap apa-apa. Paling hanya double stick dan rantai,” katanya.

Geng XTC mengejar GBR dan berhenti di sekitar Gasibu. ”Mereka pura-pura kabur dan sengaja dibawa ke Gasibu. Di sana, anggota mereka yang lainnya sudah siap. Kami kelabakan karena kalah jumlah. Teman kami Arif, tertinggal. Saat kami balik lagi ke tempat itu, dia sekarat. Sebelum meninggal, dia berpesan agar kematiannya dibalas. Itulah asal muasalnya,” kata D’Cenk.

Perseteruan GBR vs XTC kian melebar dan meminta banyak korban. Suasana kian keruh ketika geng-geng itu melibatkan atau meminta bantuan geng lainnya seperti Brigez atau Moonraker. Akhirnya, semua geng saling bermusuhan dan kerap terlibat tawuran hingga saat ini.

Menganiaya korban

Selain meminta korban sesama anggota geng, tindakan mereka juga mengambil korban masyarakat biasa. Tak salah jika masyarakat menyebut geng-geng motor tersebut tidak berbeda dengan perampok atau pencuri.

Tindak kejahatan yang dilakukan sebagian besar perampasan barang berharga milik korban, seperti uang, HP, dompet, hingga motor. Dalam aksinya, mereka tak segan-segan menganiaya korban.

Salah satu yang pernah “mencicipi” aksi kriminal geng motor ialah seorang penulis lepas di harian “PR”, Agus Rakasiwi. Dadanya ditusuk senjata tajam anggota geng motor yang hendak merampas dompet miliknya.

Geng motor memang merajai jalanan di Kota Bandung. Polisi pun dilawan, dan tak berkutik. Meski jabatan Kapolwiltabes Bandung beberapa kali diganti, aksi geng motor tak pernah bisa hilang.

Dulu, biasanya di setiap geng ada anggota yang memiliki beceng alias senjata api. ”Biasanya mereka anak-anak pejabat, polisi, atau ABRI (tentara). Makanya kita berani karena ada mereka-mereka itu,” tutur Diki alias Si Rajin (Si Raja Jin), anggota Brigez tahun 1980-an.

Mantan Komandan Perang Brigez itu mengatakan, senpi itu kerap dibawa saat penyerangan, tetapi hanya untuk menakut-nakuti. ”Tetap saja kita perangnya pakai balok kayu, batu, rantai, samurai, atau stik bisbol. Dan perlu saya garis bawahi, semua itu dilakukan untuk keperluan perang geng. Bukan tindak kriminal seperti sekarang yang korbannya masyarakat,” ucap pria beranak satu yang selalu bersikap kalem ini.

Dari waktu ke waktu, keberingasan geng motor memang mengarah ke tindak kriminal murni. Sejumlah sesepuh geng motor tidak menampik bahwa geng-geng motor sekarang bisa saja dijadikan sarana peredaran narkoba. ”Dulu saja banyak bandar yang menawarkan barangnya. Waktu itu zamannya putaw sedang tren. Harus diakui, ada beberapa anggota geng yang memakainya, bahkan menjualnya ke anggota geng lainnya,” kata Ocan Brigez.

Bukan tidak mungkin, geng-geng motor itu suatu saat nanti berkembang menjadi kelompok kejahatan yang terorganisasi.

Hal itu juga diamini oleh D’Cenk. Salah satu tindak kejahatan yang pernah dilakukan XTC di zaman kepemimpinan Irvan Boneng tahun 1995, yaitu merampok toko emas di Tasikmalaya. ”Makin ke sini, saya lihat tindakan mereka makin kriminal saja. Makanya, tahun 1991 saya menyatakan keluar dari XTC. Semua atribut yang berbau XTC mulai dari jaket, kaus, dan bendera, saya bakar. Sejak itu, saya tidak mau lagi berurusan dengan geng motor. Langkah saya itu diikuti sejumlah dedengkot XTC lainnya,” ucapnya.

Oleh karena itu, dia berharap polisi berani bertindak tegas terhadap geng motor sebelum mereka menjadi kelompok kejahatan terorganisasi. Mereka memang bisa saja ”membakar” jalanan Kota Bandung dengan segala aksi kriminal, layaknya geng motor Hell’s Angels yang ”membakar” jalanan di Benua Amerika.

Sumber: Koran PR 2008

15/07/2010

Gara-gara Ulah Oknum Tidak Terpuji Moonraker Kerap Dikambinghitamkan.


Moonraker
Sertifikat IMI Moonraker dengan Nomor Keanggotaan 10 Tahun 1994

NAMA Moonraker identik dengan sebuah kumpulan pengguna sepeda motor yang bercitra negatif. Kumpulan pengguna sepeda motor yang didirikan di Bandung, 28 Oktober 1978 itu kerap disebut-sebut sebagai salah satu geng motor di Bandung yang sering berbuat anarkis, bahkan menjurus kepada tindak kriminal. Apa betul nama Moonraker sedemikian jelek di mata masyarakat?

Citra negatif tersebut dibantah keras pengurus Moonraker Jabar Sport Club yang diwakili salah satu dewan pembinanya, Dendi Elfandi dan Ketua Moonraker, Diki "Embe".

"Dari dulu, kami tidak merasa sebagai sebuah geng motor, melainkan hanya sebuah klub sepeda motor yang didirikan pendahulu kami yang saat itu menyukai sebuah aliran musik dan sering kumpul di sekitar Taman Pramuka," kata Dendi saat berkumpul di sekitar Jln. Diponegoro Bandung, belum lama ini.

Saat itu, lanjut Dendi, klub tersebut lebih menitikberatkan pada kegiatan balap sebagai penyalur hobi mereka. "Kami sangat menyayangkan adanya kesan buruk kepada Moonraker. Dari dulu kami tidak pernah menganggap diri sebagai sebuah geng motor," jelasnya.

Kendati demikian, kata Dedi, pihaknya tidak menampik ada oknum anggotanya yang melakukan hal-hal yang tidak terpuji. "Hampir sekitar 60% anggota kami adalah setingkat pelajar SMA. Mungkin karena ulah oknum, akhirnya nama klub dikambinghitamkan," ungkapnya.

Dilanjutkannya, ulah-ulah yang mungkin dilakukan oknum tersebut dan merugikan masyarakat, di luar jangkauan organisasi. "Pada prinsipnya, kami punya aturan sendiri. Bila ada anggota yang melakukan hal yang dianggap melanggar, akan dikeluarkan. Kami berprinsip nakal, tapi tidak bertindak kriminal," papar Dendi.

Dilanjutkan Dendi, akibat cap negatif yang telanjur melekat, dewan pembina berpikir keras untuk mengubahnya di mata masyarakat.

"Sejak dua tahun lalu, kami mencoba memperbaiki imej tersebut meskipun sangat berat dan tidaklah mudah," ungkapnya.

Salah satu cara yang dilakukan adalah mengubah tujuan klub sebagai sebuah klub hobi dengan kembali memfokuskan pada bidang balapan. "Sudah banyak anggota kami yang kemudian direkrut untuk jadi pembalap. Kami pun mendaftarkan diri sebagai anggota IMI (Ikatan Motor Indonesia) sebagai salah satu cara untuk memperbaiki citra," kata Dendi.

Ditambahkan Ketua Moonraker, Diki "Embe", penghargaan yang telah diberikan IMI kepada Moonraker sebagai klub hobi terbaik, belum lama ini, merupakan sebuah motivasi tersendiri untuk terus berbenah.

"Sekarang kami tidak lagi harus susulumputan untuk kumpul-kumpul bersama semua anggota. Bila melakukan touring, dengan surat yang telah diberikan ke mana pun bisa, asal mau," tambah Diki seraya mengatakan, mereka kini kerap berkumpul di kawasan Lapangan Gasibu setiap Kamis malam serta Sabtu malam.

Upaya lainnya adalah dengan membersihkan berbagai coretan dinding bertuliskan Moonraker di beberapa wilayah di Bandung, dan akan melakukan gerakan penghijauan. "Selain itu acara bakti sosial sudah kita lakukan terhadap warga dan mudah-mudahan bisa segera menghapus citra buruk tersebut," kata Diki yang diamini wakil ketua, Akew.

Pada akhirnya, bagi Moonraker, apa yang akan dilakukan adalah untuk menjalin kekeluargaan dan apa yang dilakukan biarlah pihak lain yang menilainya.

Saat ini anggota Moonraker se-Jabar telah tercatat sekitar 8.000 orang yang 700 di antaranya di Bandung. Bahkan saat ini sedang dirintis didirikannya Moonraker di luar Jabar.

Unjuk Nyali, Demi Reputasi

Moonraker
Moonraker Bandung Speed Maniac Era 1990
Moonraker adalah nama geng motor yang paling lawas di Kota Bandung. Didirikan 28 Oktober 1978, kelompok ini sekarang telah beranggotakan ribuan orang yang tersebar di wilayah Jawa Barat.

Irvan Oktavianus, salah seorang pentolan Moonraker mengatakan, awal pembentukan klub Moonraker sebagai ajang silaturahmi para bikers di Kota Bandung. Berbagai kegiatan, seperti touring maupun balapan liar. Menurut informasi yang diterima detikportal, sejak tahun 1980-an, kelompok ini sangat disegani. Sebab selain suka ngetrek di jalanan Bandung, kelompok ini sering terlibat tawuran. Beberapa anggota geng bahkan ada yang membawa senjata api (senpi). Maklum, mayoritas anggotanya adalah anak kolong (anak anggota TNI). Hal ini yang membuat masyarakat dan polisi segan berbuat macam-macam. "Bagi anak motor berkelahi adalah hal lumrah. Kelompok lain juga begitu," kata Irvan Oktavianus, yang saat ini tercatat sebagai pembalap motor nasional.

Tapi Juara I Yamaha Cup Race 1995-1998 ini membantah kalau anggota Moonraker identik dengan perkelahian semata. Sebab, imbuh Irvan, sejak tahun 1980-an anggota Moonraker sering menang dalam balapan liar yang dilakukan di jalan-jalan Kota Bandung. "Malah anggota kami banyak yang jadi pembalap nasional, semisal Benny Baong," jelas Irvan kepada detikportal.

Selain Moonraker, sejumlah geng motor juga bermunculan di Bandung. Tapi yang reputasinya setara dengan Moonraker hanya tiga geng, yakni Exalt to Coitus (XTC), Grab on Road (GBR) dan Brigade Senja (Brigez). Empat geng motor tersebut kemudian menjadi legenda di Bandung. Rata-rata geng motor ini dibentuk oleh pecinta balapan liar. Awalnya jumlahnya hanya segelintir, namun makin lama makin banyak hingga ribuan anggota. Mereka tidak hanya berasal dari Bandung, melainkan dari Cirebon, Tasikmalaya, garut, Sukabumi, dan Subang. kemunculan geng-geng motor ini seakan menjadi pemandangan tersendiri di Bandung.

Setiap malam di akhir pekan mereka berkumpul. Biasanya Jalan Supratman, Lodaya, Dago, atau Gasibu, jadi tempat favorit. Di tempat itu mereka kemudian adu nyali dan adu kecepatan sepeda motor. Trek yang harus dilalui para pembalap tidak melulu di jalan yang datar dan lurus. Jalan penuh liku dan menurun juga dilakoni. Untuk medan yang satu ini, para pembalap biasanya mengambil start di Lembang dan finish di Jalan Setia Budi.

Nekatnya lagi, para pembalap dilarang menggunakan rem belakang. Padahal jalan yang dilalui menurun. Aksi nekat para pembalap tidak jarang memakan korban. Jangan heran kalau hampir setiap balapan selalu ada anggota geng yang tewas atau luka-luka saat balapan.

Tapi mereka sama sekali tidak kapok ataupun takut."Itu sudah risiko. Makin berat tantangan makin seru Kang," Kata Ari, anggota geng XTC. Apalagi semakin tinggi risiko semakin besar taruhannya. dalam setiap sesi balapan, nilai taruhan berkisar Rp 3 juta sampai Rp 5 juta. Malah ada yang menjadikan sepeda motor sebagai taruhannya. Pembalap yang menang berhak atas sepeda motor pembalap yang kalah. Uang taruhan merupakan patungan dari masing-masing anggota geng. Dan tiap-tiap geng punya joki (pembalap) andalan, berikut mekaniknya. 

Di ajang balap liar ini masing-masing geng menguji kemampuan pembalap maupun settingan mesin motor. Bila menang, hasil taruhan akan digunakan untuk pesta dan bersenang-senang. Sering kali persaingan antar geng di ajang balapan liar berbuntut ke luar arena.

Usai balapan, masing-masing geng tidak jarang terlibat tawuran. Masing-masing geng tidak pernah akur. Mereka bersaing dalam segala hal, baik balapan, soal reputasi ataupun keberanian. Repotnya, serangan yang mereka lakukan sering salah alamat. Sering kali mereka menyerang masyarakat yang tidak mengerti apa-apa.

Alhasil, banyak sudah pengguna jalan di Bandung yang telah jadi korban kebringasan anggota geng motor, yang mayoritas usianya masih belasan tahun. Kasatreksrim Polresta Bandung Tengah AKP Andree Ghama mengatakan para pelaku kekerasan anggota geng motor yang berhasil diciduk, semua dalam keadaaan mabok. Pengaruh alkohol itulah yang membuat anggota geng, yang rata-rata masih pelajar SMP dan SMA ini bertindak brutal.

SUMBER : “DETIK.COM”

28/04/2010

ARTI DAN MAKNA DARI LAMBANG MOONRAKER

LogoMoonraker
Logo Moonraker


Arti dan makna dari lambang MOONRAKER

Salam Wanieun,
Didalam organisasi, Tim, Klub, bahkan Negara pasti mempunyai Lambang dan Bendera. Bahasa simbol pun sudah dipakai oleh peradaban-peradaban leluhur untuk mempertahankan esensi dari makna supaya tidak tergerus oleh waktu dan pesan tersebut tetap dapat disampaikan. Disini saya akan memperjelas tentang lambang dari klub MOONRAKER, yaitu sebuah klub motor Hobi di Indonesia yang legal secara hukum.

Lambang pertama yang menjadi icon dari klub motor Moonraker adalah lambang "Serigala" dengan jumlah jarinya yang mencengkram sebanyak 10. Bagi orang Romawi dan Mesir Kuno lambang Serigala diartikan sebagai simbol Pemberani (Wanieun:Sunda), kata Wanieun seringkali dipakai untuk ciri khas sebuah tanda salam dan motto dari para anggota klub ini. Arti lain lambang serigala dapat diartikan sebagai simbol semangat, persatuan, kecepatan dan kebersamaan/solidaritas.

Lambang kedua Moonraker adalah sepasang "Sayap". Pada masing-masing sayap tersebut terdiri dari 14 bulu dan jika dijumlahkan akan menjadi 28 bulu yang mengingatkan berdirinya organisasi Moonraker pada tanggal 28 Oktober.

Lambang ketiga Moonraker terdapat Pita yang menyerukan semboyan “Bandung Speed Maniac”. Semboyan itu terbukti dengan banyaknya prestasi yang diperoleh oleh anggota dalam ajang perlombaan balap motor. Sekitar tahun 2008 semboyan itu berubah menjadi “Jabar Sport Club” dan kini menjadi “Indonesia Sport Club”.

Lambang keempat, Mata Rantai yang terdapat pada lambang Moonraker melambangkan unsur dari generasi penerus yang secara turun temurun serta tidak akan pernah terputus. Didalam mata rantai terdapat tulisan M2R.

Kemudian keempat lambang tersebut disatukan ke dalam sebuah tameng dengan latar belakang jari-jari dan roda membentuk tapal kuda bertuliskan MOONRAKER. Sekarang menjadi sebuah bentuk lingkaran solid persatuan yang berwarna merah, putih dan biru.

Logo Moonraker hanya boleh digunakan oleh anggota resmi. Anggota resmi Moonraker adalah orang yang sudah mempunyai Kartu Tanda Anggota dari organisasi klub motor Moonraker. Untuk simpatisan dan pendukung klub ini tidak boleh memakai logo Moonraker.


Pesan : Janganlah kita melihat lambang sampai lupa esensi sesungguhnya dari lambang tersebut.