Tampilkan postingan dengan label Articles. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Articles. Tampilkan semua postingan

03/09/2016

Aksi Kriminal Dengan Mencatut Nama Moonraker Kembali Terjadi (Kasus Vina Cirebon)


Kasus Vina Cirebon.

Beberapa tahun belakangan ini, studi kasus kekerasan dan kriminalitas yang melibatkan anggota Moonraker berkurang dalam skala besar semenjak dilakukannya sosialisasi oleh Kepengurusan Moonraker melalui sosial media dan internet baik itu dari segi balapan resmi, bakti sosial, peduli lingkungan sampai yang terbaru moonraker syariah. Lalu ketika mereka berhenti untuk memahami dan menumbuhkan passion para juniornya sejak kasus pembunuhan aparat di Bandung dimana aparat waktu itu gencar melakukan razia geng ataupun komunitas motor, banyak junior yang mudah terprovokasi untuk melakukan aksi kekerasan karena tidak mendapat perhatian dan merasa diabaikan oleh Pusat. Contohnya tawuran antar kampung di Karawang yang salah satu kampung tersebut mayoritasnya adalah anak-anak Moonraker. Media memberitakannya dengan sangat heboh yaitu "Karawang Geger! Ada Geng Motor Cabut Bendera Merah Putih Warga Pundong, Diganti Bendera Belanda" pada kenyataannya anak-anak itu tidak melakukan hal seperti yang diberitakan, tetapi menggunakan tihang benderanya sebagai alat untuk tawuran antar kampung.

Berita tentang komunitas Moonraker ini banyak dicari terutama oleh kalangan remaja untuk mengakses informasinya. Bahkan jika mencari di mesin pencarian google terdapat ratusan tulisan tentang komunitas Moonraker mulai dari sisi negatif ataupun positifnya. 

Nama Moonraker memang selalu diidentikkan dengan geng motor. Bahkan jika ada satu media nasional yang memberitakan tanpa mengkonfirmasi dahulu kebenarannya, media yang lain ikut percaya dan menyebarluaskannya. Akhirnya kasus kekerasan geng motor marak terjadi lagi dikarenakan peran media yang tidak mendukung upaya segelintir orang untuk menghapus doktrin imej geng motor di Indonesia. Dalam hal ini seorang penulis media harus memiliki jiwa intelegensi yang tinggi dalam mencari informasi.

Penelitian admin terhadap komunitas Moonraker sudah lama dilakukan, intinya banyak remaja yang ingin bergabung ke dalam komunitas ini tetapi dikarenakan tidak bisa membuat KTA karena persoalan materi dan akses, mereka bertindak diluar batas agar diakui sebagai anak geng. Dari dulu hingga saat ini permasalahan klasik seperti ini memang sudah ada. Bagaimanapun caranya, mereka yang tidak bisa memenuhi syarat untuk bergabung ke dalam komunitas Moonraker (simpatisan) bertindak bebas tidak terkendali hanya demi satu tujuan yaitu pengakuan.

Menurut Prof. Marwan Mas, "geng motor itu akibat bekunya komunikasi masyarakat urban". Maka dari itu salah satu jalan keluar permasalahan ini adalah dengan dilakukannya pembinaan rutin oleh Kepengurusan Pusat bila perlu didampingi juga oleh aparat dan menciptakan sarana media yang positif untuk bisa mengimbangi kesan negatif geng motor yang banyak diberitakan oleh media nasional, dimana mereka bisa sadar berinteraksi dan meluapkan aksi sosialnya terhadap komunitas ini walaupun sebagian cuma sekedar ikut-ikutan eksis belaka.

Dan kali ini, delapan orang pelaku kriminal yang dikenakan pasal berlapis digembor-gemborkan oleh media merupakan eks anggota Moonraker. Tetapi setelah dilakukan penelusuran dan penyelidikan dari berbagai sumber ternyata para tersangka ini bukan merupakan anggota dari Moonraker.

Tampang pelaku kasus pembunuhan Vina 2016 silam. Source: Tribun Jabar.

Kami menghimbau, kepada masyarakat, terutama kepada semua penulis media supaya menyelidiki terlebih dahulu jika ada oknum yang mengatasnamakan nama Moonraker untuk berbuat kriminalitas. Posisi admin adalah mitra strategis, jika ada waktu luang admin siap bantu menyelidiki oknum-oknum yang mengatasnamakan anggota dari Moonraker. Ini jadi perhatian khusus!

Kami juga memantau dengan cermat perkembangan berita yang sedang viral, yaitu sebuah kasus kriminalitas di Cirebon yang menyeret nama organisasi kami. Kami mengumumkan bahwa kami telah berkomunikasi dengan pihak kepolisian dan telah berkoordinasi dengan kepengurusan Moonraker Cirebon bahwa Moonraker tidak memiliki peran ataupun keterlibatan atas peristiwa tersebut.

Kami juga menyatakan keprihatinan mendalam atas peristiwa dari kasus tersebut. Doa kami kepada Tuhan Yang Maha Kuasa menyertai kasus tersebut. Sebagai organisasi yang bersahabat dan bersaudara, Moonraker siap memberikan segala macam dukungan. Kami siap memberikan bantuan apa pun yang dibutuhkan.

Seperti diketahui, Nama Moonraker terseret dalam kasus pembunuhan Vina Cirebon. 

Pasalnya nama Monraker disebut dalam putusan banding terdakwa di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat 2017. Nama Moonraker pun terseret dalam tragedi tersebut.


15/02/2016

Moonraker Syariah Akan Dibentuk di Daerah

moonraker-syariah
Moonraker Syariah
BANDUNG, (PRLM).- Berandalan motor pernah menjadi berita utama media massa. Nyaris semuanya membicarakan kiprah negatif berandal bermotor, mulai dari mengganggu kenyamanan pengguna jalan, sampai terlibat kriminal. Berandalan bermotor bahkan sempat dibubarkan aparat.

Semua pemberitaan buruk itu sempat membuat Ebeth (36) tak mau berbicara dengan media. Pentolan Moonraker Bandung bernama asli Dedy Jumena ini memilih menarik diri. Upaya untuk memperbaiki citra berandalan bermotor sempat dilakukan, seperti penanaman pohon ataupun aksi sosial. Tapi, semua itu tidak mengikis catatan buruk berandalan bermotor.

Menurut Ebeth, belakangan angin perubahan mulai datang. “Sekarang sudah mulai berubah. Gesekan antar kelompok juga tidak seperti dulu,” kata Ebeth, Senin (15/2/2016).

"XTC Hijrah, BRIGEZ Berdzikir, dan GBR Berwudhu tengah menggagas program Pemuda Hijrah Berbagi Hikmah"

Kondisi ini mendukung gerakan perubahan yang diusung oleh Moonraker Syariah. Kegiatan rohani kini mendapat tempat di kalangan anak motor. Gejala ini tidak hanya berlaku di Moonraker. Kelompok-kelompok lainnya juga mulai merambah ke kegiatan rohani, meski bentuknya belum melembaga seperti Moonraker Syariah. Sebut saja gerakan XTC Hijrah, BRIGEZ Berzikir, juga GBR Berwudhu.

Ebeth mengatakan, masing-masing perwakilan kelompok ini bahkan sedang merencanakan sebuah program yang dinamai Pemuda Hijrah Berbagi Hikmah. Perwakilan dari kelompok-kelompok ini akan keliling sekolah-sekolah untuk berbagi pengalaman melahirkan pribadi baru yang lebih baik. Belum terang kapan kegiatan ini akan digulirkan. Tapi, upaya mengarah ke sana sudah dimulai.

“Empat orang perwakilan organisasi ini kemarin diundang ke TVRI, kami juga sudah bertemu ustaz Arifin Ilham. Harapannya bisa menginspirasi anak muda lain yang juga ingin berubah,” kata salah seorang penggagas Moonraker Syariah ini.

Moonraker Syariah sendiri rencananya akan didirikan di daerah lain, seperti Garut, Cirebon, Subang, dan Purwakarta. Targetnya, setiap cabang Moonraker punya Moonraker Syariah.

Cara ini, kata Ebeth, jauh lebih efektif ketimbang upaya pemerintah dan penegak hukum membubarkan atau sekadar mengganti nama organisasi. Sebab bukan nama baru yang membawa perubahan. Perubahan pada masing-masing pribadilah yang akan membawa perbaikan. (Catur Ratna Wulandari)

Sumber: www.pikiran-rakyat.com

Moonraker Syariah, Kisah Hijrah Anak Motor

moonraker-syariah
Moonraker Syariah
BANDUNG, (PRLM).- Dedy Jumena (36) tidak langsung meladeni permintaan wawancara PRLM dengan salah seorang pentolan Moonraker. “Ini sudah mau azan Zuhur, ngobrolnya setelah salat aja gimana?” kata pria yang akrab dipanggil Ebeth ini, Senin (15/2/2016).

Satu jam berselang, ia menepati janjinya. Di sebuah kedai bakso di Jalan Ternate, Kota Bandung, ia bercerita tentang hijrah dan terbentuknya Moonraker Syariah.

moonraker-syariah

Setelah bersalaman, Ebeth memperkenalkan tiga kawannya yang sedang makan siang bersama. Mereka ini aktivis Moonraker Syariah. Meski berlabel syariah, jangan bayangkan penampilan mereka dengan gamis atau sarung, juga kopiah yang selalu terpasang di kepala. Gayanya masih khas anak muda. Seperti anak muda lainnya, mereka masih senang mengenakan jeans dan kaos oblong. “Tetap funky, tapi syar’i,” ujarnya.

Moonraker sempat dikenal sebagai salah geng motor terbesar di Jawa Barat, barangkali juga di Indonesia. Berbagai kasus kriminal yang melibatkan geng motor, membuat kelompok ini dilabeli berandal bermotor. “Anggapan negatif masyarakat tidak bisa dielakkan, walapun di dalamnya tidak sebegitunya juga. Buktinya, Moonraker ini bisa bertahan 30 tahun itu juga karena ada sisi positifnya juga,” katanya.
"Dulu semboyannya Speed Maniac, sekarang Speed to Taqwa"
Sejak berdiri pada 1978, kelompok ini asyik dengan kegiatan yang berkaitan dengan motor. Salah satunya, adu kecepatan di jalan. Sampai jumlah anggotanya membesar dan menyebar ke seantero Indonesia, kelompok ini tidak pernah menyentuh urusan rohani. Meninggalkan salat, mabuk, juga ugal-ugalan di jalan itu salah satu perilaku anggota yang dulu kerap dijumpai. “Urusan rohani itu dulu dianggapnya urusan sendiri-sendirilah,” kata Wandi Rukmawan (45) yang bergabung dengan Moonraker di tahun awal pendiriannya.

Sejak enam bulan lalu, urusan rohani ini justru jadi bahan perbincangan rutin di kalangan Moonraker. Ebeth bersama beberapa kawannya mempelopori berdirinya Moonraker Syariah. Seminggu sekali mereka mengadakan pengajian di Masjid Ar-Rahman, Terminal Dago. Selepas Isya mereka berkumpul di sana mendengarkan siraman rohani dari ustaz.

Pengajian pertama hanya dihadiri 16 orang. Kini pesertanya bias mencapai 60 orang. “Dibandingkan anggota Moonraker di Bandung saja, jumlah itu sangat kecil. Tapi ini kan niat baik untuk menuju takwa. Dulu semboyannya Speed Maniac, sekarang Speed to Taqwa. Kalau dulu balapnya di jalan, sekarang berlomba-lomba menuju takwa,” ujar Ebeth. (Catur Ratna Wulandari)

Sumber: www.pikiran-rakyat.com

Mengubah Citra Buruk Moonraker Melalui Kegiatan Kerohanian

Moonraker-Syariah
Suasana tabligh akbar Moonraker Syariah yang dilakukan di Masjid Arrahman Darul Ilmi Dago, Jumat (5/2/2016) malam (Foto By: Pikiran Rakyat Bandung)


BANDUNG, (PRLM).- Citra negatif sudah kadung melekat pada Moonraker. Disebut sebagai berandalan bermotor, kelompok ini kerap dianggap lebih dekat dengan maksiat. Moonraker Syariah mencoba melawannya. Bukan untuk pencitraan, tapi upaya perbaikan diri selagi masih punya kesempatan.

Dedy Jumena (36) atau yang akrab dipanggil Ebeth masih merinding setiap mengingat perjalanannya ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah umrah. Hari-hari dihabiskan untuk bertafakur. “Saya yang ibaratnya setengah hidup saya ini isinya dosa, bisa sampai ke sini (Tanah Suci). Di sana jadi ingat perjuangan Nabi Muhammad, juga Nabi Ibrahim, malu saya,” ujar pria berkacamata ini.

Ibadah umrah beberapa tahun silam menjadi titik baliknya. Selagi masih punya kesempatan, ia ingin memperbaiki diri. Dari hal-hal mudah, misalnya tidak meninggalkan salat. Seasyik apapun kegiatannya tidak lantas membuatnya meninggalkan salat. Ia mulai meluangkan lebih banyak waktu untuk belajar agama. Semangat memperbaiki diri ini kemudian ditularkan pada teman-teman yang lain. Dari sanalah ide membentuk Moonraker Syariah bermula.

Bersama teman-teman seide itu, Ebeth mencari-cari tempat untuk berkumpul. Lantaran tidak bermukim di satu wilayah, cukup sulit mencari masjid yang mau menampung kegiatan mereka. “Sampai akhirnya kami lagi makan nasi goreng di dekat Terminal Dago. Ternyata di sekat situ ada masjid yang belum jadi, kebetulan kami kenal marebotnya. Setelah minta izin, kami diperbolehkan pengajian di situ setiap Jumat,” tutur Ebeth.

Sekarang kalau azan salat dulu. Hobi tetap jalan, tapi salat enggak ditinggal
Sejak enam bulan lalu secara rutin mereka menggelar pengajian selepas salat Isya. Ustaz diundang untuk berceramah. Tidak sembarang ustaz yang diundang. Hanya ustaz yang bisa ‘berbicara’ dengan anak muda yang akan diundang. Cara penyampaian ini penting menurut Ebeth. Berbicara dengan anak-anak muda, khususnya anggota Moonraker, perlu kepiawaian khusus. Salah cara dikhawatirkan justru membuat alergi. “Kalau isinya menghakimi, malah tidak bisa diterima. Saya juga nggak mau digituin,” kata Ebeth.

Ebeth juga tidak mau pengajian ini terjebak pada aliran-aliran tertentu. Ia ingin pengajian ini bisa dinikmati oleh siapapun. Anak muda, orang tua, anggota Moonraker, anggota kelompok lain, juga masyarakat luas.

“Lumayan efeknya, yang semula datang pakai celana jins bolong-bolong sekarang pakai sarung. Ada yang dulu punya dua tindik, sekarang dilepas satu,” kata Ebeth. Perubahan kecil ini justru menggembirakan. Pertanda masing-masing orang tengah berproses. Ia justru tidak ingin perubahan itu terjadi drastis.

Dua pekan lalu, mereka mengadakan tabligh akbar. Dari jumlah yang hadir, acara ini tergolong sukses. Jika pengajian rutin maksimal hanya 60 orang, hajatan kemarin dihadiri ratusan orang. Setelah kegiatan itu, beberapa orang menyatakan ketertarikannya mengikuti pengajian. “Ada yang ingin datang tapi malu. Mereka berpikir kalau datang pengajian itu ngajinya sudah jago, ilmunya sudah tinggi. Padahal mah nggak. Siapapun boleh datang,” katanya.

Ebeth menyadari, upaya membentuk Moonraker Syariah ini tidak bisa lepas dari prasangka pencitraan. Tapi, ia tidak mau penilaian orang menghentikan upaya untuk memperbaiki diri. “Niatnya lillahitaala. Ini niat kami untuk jadi lebih baik,” ujarnya.

Menjalankan syariat agama, menurut Ebeth, tidak lantas membuat mereka meninggalkan kegemaran mereka mengutak-atik motor. “Bedanya, sekarang kalau azan ya salat dulu. Hobi tetap jalan, tapi salat enggak ditinggal,” ucapnya. (Catur Ratna Wulandari)

Sumber : www.pikiran-rakyat.com

29/10/2015

Geng Motor Bandung Menjadi Target Penyebarluasan Syiah

Diincar Syiah, Geng Motor Bandung Perkuat Akidah
Gambar : Ilustrasi
Ada pemandangan berbeda dari dialog terkait bahaya Syiah di Kantor Wali Kota Bandung. Nyatanya para peserta tidak hanya dihadiri oleh perwakilan dari berbagai ormas Islam, tetapi juga perwakilan geng motor kota Bandung Brigez dan Moonraker. 

Kiki Brigez“Kita takut aliran Syiah itu menghampiri kita (geng motor) juga, kita dari Brigez, Moonraker dan XTC, berjaga-jaga agar geng motor tidak menjadi sasaran Syiah, karena bisa jadi mereka berusaha menjadikan kami sebagai pagar untuk melawan Ahlus Sunnah,” ujar Kiki, perwakilan geng motor Brigez kepada Islampos, Selasa (27/10/2015).

Pria berusia 31 tahun ini menjelaskan jika kelompok Syiah dari Yayasan Muthahari mulai melakukan pendekatan kepada komunitas geng motor.

“Syiah memberikan kemudahan-kemudahan untuk geng motor agar anggota geng motor terbujuk masuk ke aliran mereka, ini bahaya sekali,” tambahnya.

Sementara itu, Diki perwakilan dari klub motor Moonraker menyatakan, geng motor kerap kali melakukan kegiatan rohani demi mencegah masuknya pemahaman Syiah. Kegiatan rohani ini di antaranya dengan melakukan dzikir bersama pemuda, pemberian siraman rohani dan kegiatan sosial lainnya.

Diki Moonraker
“Kami seringkali melakukan pengajian bersama di Dago. Selama tiga tahun kami dibina oleh MUI,” ujar Diki.

Selama perjalanan di Moonraker, Diki menyadari bahwa hidup itu tidak boleh begini-begini saja, harus ada perubahan.

“Akhirnya pimpinan kami berinisiatif untuk mengundang MUI agar memberi ilmu dan pencerahan kepada kami,” tambahnya.

Diki menyatakan, mereka seringkali mengaji tentang bab tauhid dan sirah sahabat. Ini dilakukan karena Syiah kerap melakukan pengkafiran terhadap Sahabat Nabi SAW.

Ditanya terkait harapan geng motor terhadap Ridwan Kamil terkait pencegahan Syiah di kota Bandung, Diki berharap Walikota Bandung itu bisa lebih merapat kepada ulama Ahlus Sunnah. Diki berharap agar Ridwan Kamil bisa melarang kegiatan-kegiatan Syiah di kota Bandung.

Sejauh ini, kata Diki, sudah ada koordinasi dengan geng motor kota Bandung untuk menghalau Syiah. Selain dari pengajian, mereka sering turun bersama-sama untuk mengingatkan pemuda awam yang sengaja dibawa Syiah mengikuti ritual, khususnya perayaan Asyuro di stadion persib sendiri.

“Kami (Brigez, Moonraker, Xtc dan geng motor lain) sering melakukan pengajian bersama, jika dulu kita bermusuhan, hari ini Islam telah menyatukan kita,” tutup Diki.

Berikut salah satu video dokumentasi bagaimana Brigez, Moonraker, XTC menunjukkan persaudaraannya dengan mengedepankan nilai keislaman.


Sumber : Islampos

19/05/2015

Ini Sejarah Kenapa Anggota Moonraker Dijuluki Speed Maniac

moonrakerclub.com
Logo Moonraker
Klub motor tertua di Bandung, itulah predikat yang disandingkan dengan nama Moonraker. Klub motor ini dibentuk pada tahun 1978 dan banyak dianggap sebagai inspirasi bagi beberapa maniak motor lainnya di Bandung untuk membentuk wadah-wadah perkumpulan baru. Sepenggal perjalanan dari Moonraker coba dijabarkan oleh salah satu anggota yang tergabung sejak tahun 1982, bernama Wildan.

“Saya sendiri agak kurang terlalu paham bagaimana awalnya Moonraker terbentuk. Cuma kalau penggunaan nama Moonraker, memang terinspirasi dari film James Bond. Saya sendiri memilih bergabung dengan alasan mendapatkan kenyamanan saat berada di antara anggota Moonraker. Selain itu, kami memang sama-sama memiliki ketertarikan yang kuat dalam balap motor,” jelasnya sambil tersenyum. Ia juga merasa bahwa sejak dulu Moonraker memang berbeda dengan klub motor lainnya, karena mereka lebih fokus dan total terhadap dunia otomotif. Itu mengapa anggota Moonraker dijuluki speed maniac.

Wildan berkisah bahwa pada masa dia aktif, tak ada istilah tindakan kriminal atau pun berbagai kegiatan yang meresahkan. Boleh dibilang yang terjadi hanyalah kenakalan remaja semata. “Namanya juga cowok, kalau nggak kebut-kebutan ya berkelahi. Awal kami terlibat bentrok besar-besaran adalah saat ikut balapan resmi. Di sana kami merasa dicurangi oleh panita, dan beberapa suporter tim kami tidak menerimanya,” lanjut pria berkacamata ini.

Ia melihat, beberapa bentrokan lebih banyak disebabkan oleh masalah personal dan ego yang ada dalam setiap klub motor tak terbendung. Ingin mencari jati diri dan eksistensi melalui klubnya masing-masing membuat bentrok tak terelakkan. “Maklum saja, banyak anggota klub motor merupakan remaja yang sedang mencari jati diri. Sedikit saja tersentuh lawan, mereka tak ragu untuk mengibarkan bendera perang. Apalagi kekeluargaan di kami cukup kental. Satu saja berselisih, pasti yang lain akan ikut serta,” jelas salah satu anggota senior Moonraker ini.
Bagaimana kondisi Moonraker saat ini? Sekjen Moonraker, Dion, memaparkan bahwa berdasarkan kesepakatan bersama dalam Munas Moonraker, klub motor ini akan fokus di dunia otomotif. Bahkan dua tahun belakangan, Moonraker acap kali membuat acara otomotif seperti road race. “Melalui program ‘Bandung Kondusif’ di tahun 2010, kami sepakat untuk meniadakan tindakan kekerasan di jalanan. Sehingga kami membuat peraturan yang akan menegur keras anggota jika masih melakukan aksi kriminalitas di jalan,” tegasnya.

Dion juga menyatakan bahwa, saat ini Moonraker fokus untuk menjadi klub motor lebih baik. Moonraker pun menyadari, dulu banyak tindakan mereka yang meresahkan masyarakat. “Kami adalah aset bangsa. Oleh sebab itu, kami membutuhkan bimbingan dari pemerintah. Kalau sampai hari ini ada pelaku kriminal yang mengatasnamakan Moonraker, itu hanyalah oknum. Jadi, mohon jangan digeneralisir,” tambah Dion.

Dion berjanji jika ada anggota Moonraker yang terbukti melakukan pelanggaran hukum, maka pihaknya siap memberikan hukuman pada anggota yang terbukti bersalah. Bahkan bila pihak aparat keamanan meminta, klub motor ini siap menyerahkan anggotanya untuk ditindak. “Masalah perselisihan antar klub motor di Bandung dapat diselesaikan, meski sulit. Syaratnya adalah ego dari setiap klub diredam, dan ada dukungan dari banyak pihak untuk sama-sama menghapus label buruk klub motor di mata masyarakat. Saat ini kami juga banyak melakukan hal-hal positif, tapi selalu tertutupi terus dengan pandangan negatif,” tutupnya saat ditemui di Bandung.